Mediaperawat

Pola Napas Tidak Efektif – D.0005

3S

Pola napas tidak efektif merupakan Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Didalam SDKI diagnosis ini masuk pada kategori fisiologis subkategori respirasi dan diberi kode D.0005. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap terkait diagnosis pola napas tidak efektif, penyebab, tanda dan gejala yang biasa muncul, kapan masalah ini ditegakkan, serta intervensi apa yang diberikan sesuai dengan aturan SLKI dan SIKI.

Diagnosis ini berhubungan dengan pola dan kedalaman pernapasan, serta ekspansi dada yang abnormal, penggunaan otot bantu napas sehingga kebutuhan ventilasi bagi tubuh tidak memadai (Nursethogether, diakses tanggal 28 November 2024)

Pola napas yang tidak efektif dapat muncul karena berbagai penyebab dan bisa terjadi secara tiba-tiba. Perawat harus waspada dalam mengobati perubahan akut untuk mencegah memburuknya kondisi pasien serta kemungkinan gagal napas.

Penyebab (Berhubungan dengan)

Penyebab merupakan faktor-faktor yang menimbulkan masalah kesehatan. Penyebab untuk masalah ini yaitu :

  1. Depresi pusat pernapasan
  2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
  3. Deformitas dinding dada
  4. Deformitas tulang dada
  5. Gangguan neuromuskular
  6. Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif, cidera kepala, gangguan kejang)
  7. Imaturitas neurologis
  8. Penurunan energi
  9. Obesitas
  10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
  11. Sindrom hipoventilasi
  12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas)
  13. Cidera pada medula spinalis
  14. Efek agen farmakologis
  15. Kecemasan

Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Dispnea

Objektif :

  1. Penggunaan otot bantu pernapasan
  2. Fase ekspirasi memanjang
  3. Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

Gejala dan tanda minor

Subjektif : Ortopnea

Objektif :

  1. Pernapasan pursed-lip
  2. Pernapasan cuping hidung
  3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
  4. Ventilasi semenit menurun
  5. Kapasitas vital menurun
  6. Tekanan ekspirasi menurun
  7. Tekanan inspirasi menurun
  8. Ekskursi dada berubah

Konisi klinis terkait

  1. Depresi sistem saraf pusat
  2. Cedera kepala
  3. Trauma thoraks
  4. Gullain Bare Syndrome
  5. Multiple sclerosis
  6. Myasthenia Gravis
  7. Stroke
  8. Kuadriplegi
  9. Intoksikasi alkohol

Luaran Pola Napas Tidak Efektif – SLKI (L.01004)

Ins[irasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat

Dalam Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) tujuan dilakukan intervensi diharapkan pola napas membaik dengan kriteria hasil :

skor menurun

  1. Dipsnea menurun
  2. Penggunaan otot bantu napas menurun
  3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
  4. Ortopnea menurun
  5. Pernapasan pursed-lip menurun
  6. Pernapasan cuping hidung menurun

Skor membaik

  1. Frekuensi napas membaik
  2. Kedalaman napas membaik
  3. Ekskursi dada membaik
  4. Ventilasi semenit membaik
  5. Kapasitas vital membaik
  6. Diameter thoraks anterior-posterior membaik
  7. Tekanan ekspirasi membaik
  8. Tekanan ekspirasi membaik

Intervensi Pola Napas Tidak Efektif – SIKI

Berdasarkan SLKI intervensi utama untuk diagnosis pola napas tidak efektif adalah:

  1. Manajemen jalan napas
  2. Pemantauan respirasi

Manajemen Jalan Napas (I.01011)

Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas.

Observasi

  1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
  2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
  3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

  1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
  2. Posisikan semi-fowler atau fowler
  3. Berikan minum hangat
  4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
  5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
  6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
  7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
  8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

  1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
  2. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

Pemantauan Respirasi (I.01014)

mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran gas.

Observasi

  1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
  2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
  3. Monitor kemampuan batuk efektif
  4. Monitor adanya produksi sputum
  5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
  6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
  7. Auskultasi bunyi napas
  8. Monitor saturasi oksigen
  9. Monitor nilai analisa gas darah
  10. Monitor hasil x-ray thoraks

Terapeutik

  1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
  2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
  2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

Referensi

  1. Nursetogether. Ineffective Breathing Pattern Nursing Diagnosis & Care Plans. 2023. https://www.nursetogether.com/ineffective-breathing-pattern-nursing-diagnosis-care-plan/
  2. PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Ce. Jakarta: PPNI, 2017.
  3. PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Ce. Jakarta: PPNI, 2019.
  4. PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I Ce. Jakarta: PPNI, 2018.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *