Penurunan curah jantung

Penurunan Curah Jantung – D.0008

3S

Penurunan curah jantung yaitu ketidakmampuan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (SDKI, 2017). Hal ini menyebabkan penurunan oksigen ke jaringan dan organ yang berpotensi terjadinya kerusakan organ.

Penurunan curah jantung adalah kondisi di mana jumlah darah yang dipompa oleh jantung tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (NurseTogether, diakses tanggal 29 November 2024).

Didalam SDKI diagnosis ini masuk pada kategori fisiologis subkategori sirkulasi dan diberi kode D.0008. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap terkait diagnosis Penurunan curah jantung, penyebab, tanda dan gejala yang biasa muncul, serta intervensi apa yang diberikan sesuai dengan aturan SLKI dan SIKI.


Penyebab

Berikut penyebab terjadinya penurunan curah jantung menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia:

  1. Perubahan irama jantung
  2. Perubahan frekuensi jantung
  3. Perubahan kontraktilitas
  4. Perubahan preload
  5. Perubahan afterload

Tanda dan Gejala

Berikut tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien dengan penurunan curah jantung menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia:

Tanda dan gejala mayor

Subyektif

  1. Perubahan irama jantung (palpitasi)
  2. Perubahan preload (lelah)
  3. Perubahan afterload (dipsnea)
  4. Perubahan kontraktilitas
    • Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
    • Ortopnea
    • Batuk

Objektif

  1. Perubahan irama jantung
    • Bradikardi/takikardi
    • Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
  2. Perubahan preload
    • Edema
    • Distensi vena jugularis
    • Central venous presure (CVP) meningkat/menurun
    • Hepatomegaly
  3. Perubahan afterload
    • Tekanan darah meningkat/menurun
    • Nadi perifer teraba lemah
    • Capillary refill time > 3 detik
    • Oliguria
    • Warna kulit pucat dan/atau sianosis
  4. Perubahan kontraktilitas
    • Terdengar suara jantung S3 dan atau S4
    • Ejection fraction (EF) menurun

Tanda dan gejala minor

Subjektif

Perilaku/emosional : cemas dan gelisah

Objektif

  1. Perubahan preload
    • Murmur jantung
    • Berat badan bertambah
    • Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun
  2. Perubahan afterload
    • Pulmonary vasculary resistance (PVR)
    • Systemic vascular resistance (SVR) meningkat/menurun
  3. Perubahan kontraktilitas
    • Cardiac indeks (CI) menurun
    • Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun
    • Stroke volume index (SVI) menurun.

Luaran Penurunan Curah Jantung – SLKI

Curang Jantung (L.02008)

Keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

Dalam Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) tujuan dilakukan intervensi diharapkan curah jantung meningkat dengan kriteria hasil :

Skor meningkat

  1. Kekuatan nadi perifer meningkat
  2. Ejection fraction meningkat
  3. Cardiac Index meningkat
  4. Left Ventrcular Stroke Work Index (LVSWI) meningkat
  5. Stroke Volume Index (SVI) meningkat

Skor menurun

  1. Palpitasi menurun
  2. Bradikardia menurun
  3. Taikardi menurun
  4. Gambaran EKG aritmia menurun
  5. Lelah menurun
  6. Edema menurun
  7. Distensi vena jugularis menurun
  8. Dispnea menurun
  9. Oliguria menurun
  10. Pucat/sianosis menurun
  11. Paroxymal nocturnal dyspnea (PND) menurun
  12. Ortopnea menurun
  13. Batuk menurun
  14. Suara jantung S3 menurun
  15. Suara jantung S4 menurun
  16. murmur jantung menurun
  17. Berat badan menurun
  18. Hepatomegali menurun
  19. Pulmonarry vascular resistance menurun
  20. Systemic vascular resistance menurun

Skor membaik

  1. Tekanan darah membaik
  2. Pengisian kapiler membaik
  3. Berat badan membaik
  4. Cenral venous Pressure membaik
  5. Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) membaik

Intervesi Penurunan Curah Jantung – SIKI

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis penurunan curah jantung adalah:

  1. Perawatan jantung
  2. Perawatan jantung akut

Perawatan Jantung (I.02075)

Mengidentifikasi, merawat, dan membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi oksigen miokard.

Observasi

  1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi: dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, PND, peningkatan CVP).
  2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi: peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
  3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
  4. Monitor intake dan output cairan
  5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
  6. Monitor saturasi oksigen
  7. Monitor keluhan nyeri dada (mis: intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presipitasi yang mengurangi nyeri
  8. Monitor EKG 12 sadapan
  9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
  10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis: elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro-BNP)
  11. Monitor fungsi alat pacu jantung
  12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
  13. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis: beta blocker, ACE Inhibitor, calcium channel blocker, digoksin)

Terapeutik

  1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
  2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis: batasi asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
  3. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermitten, sesuai indikasi
  4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
  5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
  6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
  7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%

Edukasi

  1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
  2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
  3. Anjurkan berhenti merokok
  4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
  5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian

Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
  2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Perawatan Jantung Akut (I.02076)

Mengidentifikasi, dan mengelola pasien yang baru mengalami episode ketidakseimbangan antara ketersedian dan kebutuhan oksigen miokard.

Observasi

  1. Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan Pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan frekuensi)
  2. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
  3. Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
  4. Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia (mis: kalium, magnesium serum)
  5. Monitor enzim jantung (mis: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)
  6. Monitor saturasi oksigen
  7. Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (mis: skor TIMI, Killip, Crusade)

Terapeutik

  1. Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
  2. Pasang akses intravena
  3. Puasakan hingga bebas nyeri
  4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress
  5. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan
  6. Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu
  7. Berikan dukungan emosional dan spiritual

Edukasi

  1. Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
  2. Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis: mengedan saat BAB atau batuk)
  3. Jelaskan Tindakan yang dijalani pasien
  4. Ajarkan Teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu
  2. Kolaborasi pemberian antianginal (mis: nitrogliserin, beta blocker, calcium channel blocker)
  3. Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
  4. Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
  5. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver Valsava (mis: pelunak tinja, antiemetik)
  6. Kolaborasi pencegahan trombus dengan antikoagulan, jika perlu
  7. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu

Referensi

  1. NurseTogether. Decreased Cardiac Output Nursing Diagnosis & Care Plans. https://www.nursetogether.com/decreased-cardiac-output-nursing-diagnosis-care-plan/
  2. PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Ce. Jakarta: PPNI, 2017.
  3. PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Ce. Jakarta: PPNI, 2019.
  4. PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I Ce. Jakarta: PPNI, 2018.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *